Seandainya teman yang dia sebut "monyong, gila, atau di maki-maki" itu ikut tertawa sampai-sampai tak sempat membalas komentarnya, mungkin benar bahwa candaan tersebut memang lucu. Lain halnya jika yang dimaksud ternyata memang memiliki bibir agak maju.. Bisa jadi tanpa seorang pun yang tahu, dia lalu menangis atau marah dan mendadak kehilangan rasa percaya diri untuk sekadar membalas komentar tersebut. Pasti sakit kan rasanya dihina seperti itu..??
Meskipun cuma iseng atau bercanda, kemudian seseorang menjadi korban atau trauma itu sudah menjadi bullying namanya, kata kak Seto.. Bahkan menurut Kak Seto, korban tidak harus sampai tersinggung atau terpukul untuk disebut sebagai bullying. Terpukul atau tidak biasanya tergantung karakter korban. Kalau tidak gampang frustrasi, kemungkinan tidak akan jadi masalah baginya.. "Pesan dari saya : Jangan mudah Frustasi ya?!". Hehehe. Dan Pesan dari Kak Seto "Korbannya terpukul atau tidak, tindakannya tetap bullying dan harus dihilangkan!!!".
Sementara itu, menurut Dosen psikologi saya waktu itu, bahwa bullying bisa terjadi dalam kondisi apapun. Termasuk dalam pergaulan di internet, siapapun terutama anak-anak rentan menjadi pelaku maupun korban bullying. Selama ada interaksi dengan media sosial, dalam situasi apapun, di manapun, kapanpun, bisa berpotensi terjadi cyberbullying. Biarpun anak sedang sendirian di kamar, dia bisa online dari HP atau komputer..
Untuk itu, ya diusahakan lah orang tua itu setidaknya bisa mengawasi aktivitas anak di internet, termasuk bagaimana bergaul dan berinteraksi dengan teman-temannya di dunia maya. Sopan santun berlaku di manapun, tak terkecuali di dunia sosial media (sosmed) yang nyaris udah seperti berinteraksi secara langsung tanpa sekat pembatas sedikitpun.
....STOP NOW..!!!!
Terima kasih telah membaca Artikel
Bullying dan Candaan Tipis Batasnya
. Jika Anda ingin Copy Paste Artikel ini, Harap cantumkan Link
Bullying dan Candaan Tipis Batasnya
sebagai sumbernya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar